PERKOKOH PERSATUAN UNTUK MERAIH KEMAJUAN
PEN-Suryadarma (MS). Meski panas terik Matahari pagi menumpahkan peluh keringat para peserta upacara peringatan hari Pahlawan ke-72 di Pangkalan TNI Angkatan Udara Suryadarma, namun semangat heroik terlihat jelas pada diri peserta upacara dengan penuh khidmat mengikuti urut-urutan acarasampai selesai berjalan dengan tertib aman dan berkesan, Jumat (10/11/17).
Komandan Lanud Suryadarma Marsekal Pertama TNI T. Sembiring Meliala sebagai Inspektur upacara yang dimulai pada pukul 08.00 WIB ini. Upacara diikuti oleh para pejabat dari Lanud Suryadarma, Wingdiktekkal, Batalyon 461 Kompi C SenapanPaskhas, Para Perwira, Bintara Tamtama, Aparatur Sipil Negara beserta Siswa Sekolah Penerbang Helikopter, Siswa Kejuruan Wingdiktekkal.
Penetapan Pemerintah menentukan Hari Pahlawan diperingati pada 10 Nopember, didasarkan pada Pertempuran Surabaya yang berlangsung sangat heroik pada 10 November 1945. Perang antara kekuatan Alutsista modern yang dimiliki pasukan Sekutu melawan Senjata rampasan, Tombak, Keris Bambu Runcing dan Semangat yang dimiliki pejuang Republik. Pertempuran yang sangat dasyat ini diakui oleh penulis Inggris sebagai pertempuran yang sangat sulit, meskipun pasukan Inggris sudah mengalami berbagai kemenangan pertempuran pada Perang Dunia II. Pertempuran yang mengakibatkan banjir darah dan korban ribuan orang. Tercaat dua orang perwira tinggi Inggris tewas dalam pertempuran Surabaya yaitu Brigadir Jenderal Mallaby dan Brigadir Jenderal RG Loder Symonds.
Kehadiran pasukan Inggris di Indonesia didasarkan atas kemenangan pasukan Sekutu dalam Perang Dunia II.Laksamana Lord Louis Mountbatten dari Inggris diangkat menjadi Panglima Tertinggi Komando Sekutu untuk Asia Tenggara. Inggris sebagai bagian dari Blok Sekutu mengadakan perjanjian dengan Ratu Belanda Wilhelmina di Chequeers(24 Agustus 1945) sebuah wilayah kecil di pinggiran kota London. Isi perjanjian adalah bahwa Inggris akan mengembalikan wilayah Hindia Belanda kepada Belanda. Perjanjian inilah menyebabkan Inggris membawa pasukan KNIL (Koninlijke Nederland Indiche Lager) Belanda dan NICA Netherland Indiche Civil Administratie (Pejabat Admi8nistrasi Sipil Belanda) untuk menguasai Hindia Belanda kembali.
“Pertempuran Surabaya memperlihatkan kepada dunia internasional, bahwa segenap rakyat Indonesia yang berasal dari berbagai suku, agama, ras, budaya dan kelompok yang berbeda-beda, dapat bersatu padu untuk mempertahankan kemerdekaan. Dalam pertempuran ini juga diperlihatkan semangat pantang menyerah untuk mengusir kolonialisme dan imperialisme dari bumi pertiwi. Semboyan MERDEKA atau MATI, SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA dipekikkan oleh Bung Tomo DAN Moestopo melalui siaran Radio Pemberontakan untuk menggelorakan semangat membela merah putih sampai titik darah penghabisan, lebih baik mati dari pada dijajah kembali”,Papar Kepala Penerangan Lanud Suryadarma Letkol Sus Mangapul Simanjuntak.
Implikasi pertempuran Surabaya bergaung dan bergema ke seluruh dunia. Mata jasmani dan rohani bangsa-bangsa di dunia melihat dengan jelas pertempuran yang terjadi di Surabaya. Berbagai negara memberi dukungan kepada perjuangan Indonesia dan mengecam keras pertempuran antara kekuatan senjata modern Sekutu melawan senjata tradisional pejuang Indonesia. Simpati internasional mengalir deras untuk mendukung kemerdekaan Indonesia dan menjadi bumerang bagi keinginan Belanda untuk menguasai Indonesia kembali.
Dalam amanat Menteri Sosial Republik Indonesia Kofifah Indar Parawansa yang dibacakan oleh Komandan Lanud Suryadarmadikatakanbahwa, “Setiap tanggal 10 Nopember, kita seluruh bangsa Indonesia memperingatinya sebagai hari pahlawan, untuk mengenang para pendahulu kita, pahlawan dan perintis kemerdekaan, para pendiri Republik Indonesia, mereka dengan segenap pemikiran, tindakan dan gerakan perjuangan kolektif yang mereka lakukan, sehingga saat ini kita semua bisa menikmati hidup di bumi Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, bangsa yang sederajat dengan bangsa lain, bangsa yang menyadari tugas sejarahnya untuk menjadikan kemerdekaan sebagai Jembatan Emas bagi terwujudnya Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Lebih lanjut Kofifah Indar Parawansa menjelaskan, “Para pendiri bangsa menegaskan bahwa setelah kemerdekaan dapat diraih, maka bangsa kita bergegas membenahi persatuan bangsa yang memiliki banyak suku,agama, ras dan golongan yang berbeda. Persatuan adalah syarat mutlak untuk memasuki tahapan hidup sebuah negara yang berdaulat, adil dan makmur.
Penekanan para pendiri bangsa untuk mengedepankan semangat persatuan dalam mengatasi gejala perpecahan elemen bangsa seperti yang terlihat belakangan ini, menjadi latar belakang pemilihan tema peringatan hari pahlawan tahun ini yaitu “Perkokoh Persatuan Membangun Negeri”. Persatuan adalah sebuah prasyarat bagi kita menjadi bagian dari kekuatan yang tengah tumbuh di tengah-tengah bangsa di dunia.
Apabila kita mamperkokoh persatuan sebagai sebuah bangsa, maka kita pasti bisa meraih kemajuan. Hasil kemajuan dapat dibagikan bersama untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.
Tanpa pengorbanan dan perjuangan para pahlawan dan perintis kemerdekaan, tidak akan ada gagasan besar untuk mendirikan sebuah negara yang bernama Republik Indonesia. Sebuah harapan yang menimbulkan optimisme dalam hidup, sebuah harapan yang membuka segenap potensi, kita punya vitalitas dan daya hidup kemanusiaan untuk membuka terang kehidupan di masa depan, sebuah harapan bahwa dengan mengantarkan rakyat indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia, maka kita dapat membangun sebuah kehidupan bernegara, sebuah rumah tangga politik kebangsaan dan kenegaraan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sesuai dengan visi bangsa yaitu “Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri Dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong - Royong”.
Posting Komentar