PORTAL-KOMANDO.COM,.Jakarta, Penkoopsau I Rabu, (30/11). “Pancasila sebagai dasar negara bukanlah sebagai lambang belaka, kita sebagai warga negara yang mencintai negara Indonesia ini haruslah tetap tunduk dan melaksanakan perintah, ajaran maupun dasar-dasar dari Pancasila itu sendiri”. Demikian penggalan pembekalan yang disampaikan Dr. Doddy Susanto di depan 200 warga masyarakat dari berbagai elemen masyarakat seperti BEM dari Universitas Suryadarma, FKDM dan Laskar Merah Putih serta Personel Makoopsau I, di Gedung Serbaguna Makoopsau I.
Pembekalan oleh Direktur Klinik Pancasila tersebut tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan Karya Bhakti TNI 2016 di bidang Komunikasi Sosial (Komsos) yang mengambil tema Membangun Karakter Bangsa Guna Memperkuat Persatuan dan Kesatuan Dalam Menghadapi Ancaman Proxy War.
Berkaitan dengan ancaman Proxy War, menurut Dr. Doddy Susanto dalam paparannya dengan judul Pancasila Wawasan Kebangsaan, sebagai warga Negara Indonesia dalam menghadapi ancaman proxy war hendaknya tetap waspada terhadap Serangan Pintar (istilah beliau) yaitu adanya 6F (Food, Fun, Fantasi, Fashion, Film dan Filosofi). Dampak dari F6 nantinya bisa berpengaruh terhadap perkembangan generasi muda Indonesia, tambahnya.
Dijelaskan pula bahwa saat ini Pancasila masih sering kita abaikan, jika melihat dari segi kepatuhan kita dalam menjalankan perintah dasar pancasila. Mengapa? Karena masih banyak para penghuni negeri ini yang sering mengabaikan Pancasila sebagai Dasar Negera Indonesia.Contoh saja Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, buktinya semakin marak agama-agama lain maupun sekte-sekte ajaran-ajaran lain di negeri kita ini, lalu apakah masih banyak yang tidak kita ketahui di muka publik, maka jawabannya adalah banyak sekali. Untuk itu pada hari ini saya mengajak dan menyerukan untuk kembali pada jalur Dasar Negara kita dengan menjalankan aturan-aturan yang ada di negeri kita ini melalui sila-sila yang ada pada Pancasila.
Pangkoopsau I Marsekal Muda TNI Yuyu Sutisna S.E., M.M. dalam sambutannya yang dibacakan oleh Asisten Operasi Koopsau I, Kolonel Pnb I Made Susila menjelaskan bahwa Perang Proxy merupakan konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti, hal ini untuk mengurangi konfrontasi secara langsung dengan alasan untuk mengurangi resiko konflik yang beresiko pada kehancuran fatal. Proxy war tidak mudah mengenali siapa kawan siapa lawan karena musuh mengendalikannya dari jauh.
Ditambahkan pula bahwa Indikasi adanya Proxy War di Indonesia di antaranya gerakan separatis, demonstrasi massa, sistem regulasi yang merugikan, peredaran narkoba, dan bentrok antar kelompok. Oleh sebab itu, kita sebagai warga negara Indonesia harus menyadari bermacam-macam tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara. Sejumlah aksi yang dapat dilakukan oleh warga masyarakat untuk menangkal proxy war di antaranya dengan selalu mengidentifikasi dan mengenali masalah, memperdalam keahlian masing-masing untuk tujuan yang lebih baik, melakukan gerakan berbasis wirausaha, dan mengadakan komunitas dilingkungan masyarakat dalam merintis program pembangunan karakter.
Di sesi kedua para peserta undangan juga menerima materi tentang Proxy War, yang disampaikan oleh Asops Kaskoopsau I dengan menampilkan ilustrasi kemampuan TNI Angkatan Udara dalam menghadapi serangan dari luar seperti kehebatan pesawat Sukhoi dan Tucano serta para penerjun-penerjun handal dari TNI AU.
Posting Komentar