SUDAN
- Dari Provinsi paling Selatan di pulau Sulawesi tepatnya di Ds.
Sambueja Kec. Simbang Kab. Maros Prov. Sulawesi Selatan disanalah saya
Kopda Jumadi berdinas di Satuan Batalyon Infanteri Para Raider 433/JS
Kostrad.
Bermula ketika saya terpilih sebagai bagian dari Satgas Yonkomposit TNI Konga XXXV-C UNAMID tahun 2017 di Darfur Sudan.
Atas
Prestasi Satuan Yonif Linud 433/JS Kostrad (sebelum beralih status
menjadi Yonif Para Raider 433/JS Kostrad) dalam melaksanakan Satgas
Pamtas Darat RI-Malaysia 2015 telah berhasil (Penangkapan Miras sebanyak
13.000 Botol, Penggagalan Narkoba sebanyak 1.335,05 gram, TKI
bermasalah 3.250 orang, Senjata 12 Cuk, Muhandak 7 buah bom Rakitan,
sembako Illegal 2.5 ton daging Elena, 5 ton beras, dan penangkapan roko
tanpa cukai sebanyak 4.200 bungkus).
Pimpinan
TNI memberikan kesempatan kepada satuan saya sebagai Mainbody Satgas
Yonkomposit TNI Konga XXXV-C UNAMID Darfur. Sebanyak ±1.600 Prajurit TNI
mengikuti seleksi di 3 (tiga) Matra yang berbeda (Darat, Laut dan
Udara), di Matra darat sebanyak 1.220 prajurit melaksanakan seleksi pada
bulan November 2016 diikuti oleh semua satuan. Kemudian dilanjutkan
dengan seleksi tingkat pusat yang dilaksanakan oleh Mabes TNI, meliputi
kesehatan umum, kesehatan jiwa, bahasa Inggris, mengemudi, komputer dan
kesegaran jasmani (Garjas), seleksi ini dilakukan selama tiga minggu di
Mabrigif Para Raider 3/TBS Kostrad Kariango.
Dua
bulan kemudian, saya terpilih untuk mengikuti PDT (Pre Deployment
Traning) di PMPP TNI (Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian) Sentul Bogor.
Saat PDT seluruh prajurit yang dinyatakan lulus seleksi dan terpilih
menjadi bagian dari Satgas Yonkomposit TNI Konga XXXV-C UNAMID menerima
pembekalan dan cara bertindak selama melaksanakan tugas di misi
nantinya.
Seluruh
prajurit satgas yang mengikuti PDT senantiasa meningkatkan kualitas
berpikir, bersikap lebih dewasa dengan berdasarkan pada daya nalar yang
jernih, obyektif dan menghindarkan diri dari perilaku emosional, tetap
fokus bekerja, konsisten melaksanakan tugas serta bertanggung jawab
masing-masing sesuai dengan aturan dan (SOP) Standar Operasional
Prosedur serta bekerja dibawah Chapter VII dari UN Charter berdasarkan
UNSCR 1769 tahun 2007 dan diperbaharuai dengan UNSCR 2228 tahun 2015
yakni melindungi masyarakat sipil (Proctection of Civilian), Melindungi
personel dan Aset UN, mendukung secara cepat dan aktif pelaksanaan dari
Darfur Peace agreement dan doha document for peace in darfur. Setelah
selesai melaksanakan PDT saya kembali ke satuan Asal untuk berkumpul
dengan keluarga sebelum berangkat ke daerah Misi.
Pada
Maret 2017 saya dan Satuan Mainbody kembali berkumpul di PMPP TNI untuk
melaksankan Siaga Operasi/(Stand By Force), disana saya menyiapkan
perlengkapan, pembuatan paspor dan vaksinasi. Kegiatan administrasi
selesai tiba saatnya saya dan 799 orang lainnya mengikuti upacara
pemberangakatan di Plaza Mabes TNI Cilangkap. Pada tanggal 07 April
2017.
Saya beserta
rombongan Chalk-1 sebanyak 200 orang tiba di Tanah Darfur Sudan, setelah
menempuh waktu perjalanan udara selama ± 19 Jam menggunakan Pesawat UN
(United Nation) Boing 767 Ethiopian Airlines dengan route Bombai dan
Addis Ababa Ethiopia.
Sesampainya
di Bandara Al Shaheed Sabera El-Genaina. Alangkah terkejutnya saya saat
turun dari pesawat cuaca sangat panas yang terlihat hamparan pasir dan
fatamorgana.
Selanjutnya
saya dan rombongan dijemput menuju Supercamp Indonesian Battalion
(Indobatt) yang berada di Elgenaina Darfur Sudan. Dalam mengemban tugas
negara untuk kepentingan mulia dalam misi khusus perdamaian dunia,
menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya.
Berbagai
macam risiko, suka, duka dan tantangan berat harus saya hadapi dalam
mengemban tugas sebagai Pasukan Perdamaian PBB di Darfur, Sudan.
Dan
yang tak kalah berat adalah kerinduan pelukan penuh hangat dari sang
istri dan kedua putra yang saya tinggalkan bertugas melaksanakan misi di
Darfur.
Selama
melaksanakan misi perdamaian di Darfur Sudan, banyak sekali pengalaman
sebagai seorang prajurit Peace Keeper, suka dan dukanya, hal-hal yang
baru dan tak terduga yang saya dapatkan. Keadaan medan dan cuaca di
Darfur mengalami 3 (tiga) Musim yakni Musim Kemarau estimasi Bulan Maret
s.d. Juni suhu pada siang antara 29o celcius – 42o celcius malam
kisaran 20o celcius – 29o celcius kondisinya tanah retak udara berdebu,
sungai kering dan menjelang musim hujan sering terjadi badai pasir
(Haboob).
Dimana pada
saat musim itu bibir mulai pecah-pecak (sariawan), mimisan dan telapak
kakipun mengalami pecah pecah karena suhu mencapai 55oc, apalagi saat
itu kami baru melaksanakan rotasi dengan rekan-rekan satgas sebelumnya.
Perbedan
Iklim dan waktu antara Indonesia dengan Sudan sangat terasa perbedaan
waktu +6 jam lebih cepat dari WITA. Saya harus segera menyesuaikan dan
beradaptasi dengan kondisi di sudah agar terbiasa, dengan berjalannya
waktu kita sudah mulai terbiasa.
Empat
bulan berikutnya masuk musim penghujan estimasi Bulan Juli s.d. Oktober
suhu pada siang antara 24o celcius – 37o celcius malam kisaran 20o
celcius -29o celcius kondisinya tanah berlumpur sungai meluap.
Pada
saat musim penghujan banyak sekali hambatan dan kendala yang kita
hadapi saat melaksanakan patroli rutin baik jarak jauh maupun jarak
dekat karena jalan yang kita lalui sebagian besar padang pasir sengingga
kendaran kita sering stack, dan wadi pada saat musim kemarau bisa
dilalui saat itu tudah bisa dilewati karena sudah tergenang air. Namun
hal tersebut tidak menyurutkan tugas kita tetap kita laksanakan sesuai
SOP yang berlaku.
Diawal
musim penghujan inilah masyarakat Sudan mulai bercocok tanam mereka
memulai menanam gandum. Disaat tersebutlah kita berinteraksi bersama
masyarakat setempat saat melaksanakan patroli. Pada Fase Musim Kering
(Dingin) estimasi Bulan November s.d. Februari suhu pada siang antara
15o celcius – 27o celcius malam kisaran 8o celcius – 24o celcius
kondisinya tanah kering udara berdebu.
Dimusim
inilah puncaknya dimana cuaca panas namun suhu udara dingin yang
menyebabkan kita terserang penyakit Malaria, saya harus imbangi olahraga
dan asupan gizi agar terhindar dari penyakit malaria, pada saat musim
ini lalat berterbangan dimana-mana, setelah musim lalat habis masuk lagi
musim belalang,dan selanjutnya berganti ke musim kupu-kupu.
Kami
harus terbiasa dengan iklim dan cuaca yang ada di Sudan. Di Sudan
terdapat 3 musim. Saat musim panas mencapai puncaknya, suhu bisa
mencapai 55° celcius dan ketika memasuki musim dingin, suhu mencapai 5°
celcius. Kita orang Indonesia tidak terbiasa dengan iklim seperti itu.
Kondisi ini merupakan hal yang baru yang tak pernah terduga sebelumnya
sehingga menjadi pengalaman yang sangat berkesan bagi saya dan
reken-rekan lainya.
Dalam
berinteraksi dengan masyarakat setempat kita mengalami kendala dalam
bahasa, masyarakat sudan terbiasa menggunakan bahasa arabic sementara
kita menggunakan bahasa Inggris, namun hal tersebut tidak menyurutkan
kita untuk berkomunikasi biasanya kita menggunakan interprater bahasa
saat berkomunikasi.
Keberadaan
kita sangat di senangi oleh masyarakat Sudan, kita sering perkenalkan
seni dan budaya Indonesia kepada mereka. Kontingen Indonesia sangat
disukai oleh masyarakat setempat, mereka meminta jika UNAMID ini selesai
dan ditutup maka Kontingen Indonesialah yang terakhir dipulangkan.
Kontingen
perdamaian Indonesia dikenal ramah dan mereka sangat menghormati
kontingen Indonesia. Selain itu juga kita berinteraksi dengan
Kontingen-Kontingen negara lain diantaranya Pakistan, Ethiopia,
Bangladesh, Nepal, Nigeria, Burkina Paso, Sinegal, Thailand, Mesir dan
Malaysia mereka menyambut baik keberadaan Kontingen Indonesia.
Hal
menarik selama bertugas di Sudan, saya bisa bersosialisasi dengan
polisi dan tentara dari berbagai negara. Disamping juga bisa bertukar
pikiran dengan kontingen lainnya. Tugas rutin sebagai pasukan penjaga
perdamaian PBB hal yang membanggakan.
Selain
itu, saya juga bisa melaksanakan umrah ke tanah suci Makkah. Kisah
menarik lainnya Saat patroli dan memberikan bantuan kepada masyarakat.
Begitu sampai, masyarakat langsung berlari mendekati kendaraan kami
sambil teriak Sadiq Cup-Cup untuk mendapat bantuan.
Saya
patut bersyukur menjadi warga Indonesia, negaranya subur makmur. Tidak
seperti di sini yang serba kekurangan. Makanya saat saya berangkat pun
ada kebanggan tersendiri terhadap diri sendiri dan orangtua serta Istri
dan anak-anak saya.
Masa
meninggalkan tanah air untuk tugas yang mulia sebagai prajurit Peace
Keeper berkat Do’a dari mereka kami semua dapat menyelesaikan misi
pemeliharaan perdamaian ini di tanah Darfur.
Kini
saya dan rekan-rekan dipenghujung akhir penugasan sebagai pasukan
perdamaian. Pada tanggal 2 Mei 2018 nanti kami semua tiba di tanah air.
Rasa bangga, gembira dan haru bisa berkumpul lagi dengan keluarga yang
selama 1 tahun ditinggalkan, kebanggaan yang luar biasa saat kami semua
disematkan penghargaan berupa Satya Lencana UN Medal, Satya Lencana
Sector West dan Satya Lencana Africa Union.
Penghargaan
itu diberikan di daerah misi dan satu lagi penghargaan yang diberikan
oleh Negara berupa Satya Lencana Wira Dharma. Penghargaan ini diberikan
kepada seluruh Satgas Yonkomposit TNI Kontingen Garuda XXXV- C UNAMID
yang bertugas diluar negeri.


Posting Komentar