Home » » Mayjen Doni Munardo :"Tidak Ada Setetes Limbah Yang Dibuang Ke Citarum Tanpa Melalui Ipal"

Mayjen Doni Munardo :"Tidak Ada Setetes Limbah Yang Dibuang Ke Citarum Tanpa Melalui Ipal"

Written By ANDI on 5 Mar 2018 | 9:50 AM


Bandung,PK- Sebanyak 300.000 ton limbah industri mengalir ke Sungai Citarum setiap harinya sehingga dapat disimpulkan bahwa industri merupakan penyumbang terbesar kehancuran ekosistem Citarum. Demikian diungkapkan Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo dihadapan puluhan wartawan diberbagai media yang tergabung pada Grup Jurnalis Siliwangi. 
 
Seperti dilansir di situs resmi Kodam III/Siliwangi, Mayjen Doni mengumpulkan wartawan untuk ngariung berdiskusi tentang pelaksanaan revitalisasi Sungai Citarum melalui program Citarum Harum yang diadakan di Kalpa Tree Dine And Chill Jalan Kiputih No. 37 Ciumbuleuit Cidadap Kota Bandung, Jumat (2/3) lalu. 
 
Dijelaskan Pangdam lebih lanjut, limbah cair dan padat itu berasal dari 3.200 industri yang beroperasi di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Dari 3.200 industri, 2.000 lebih di antaranya tekstil, 1.900 di antaranya tidak memiliki Ipal (instalasi penglahan air limbah). "Untuk mengatasi persoalan limbah industri tersebut, Kodam III/Siliwangi dan Polda Jabar telah melakukan pertemuan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Dinas Lingkungan Hidup Jabar. Dalam pertemuan itu terungkap, masih ada tumpang tindih kewenangan dalam penindakan" ungkap Doni. 
 
Setelah nanti Perpres (peraturan presiden tentang rehabilitasi Sungai Citarum) turun, sambungnya, penegakan hukum satu pintu, di kepolisian. Mudah-mudahan ke depan tak ada stetes pun limbah yang dibuang ke Citarum tanpa melalui Ipal. Sebagian besar pelaku industri enggan mengolah limbahnya lantaran biaya pengolahan limbah cukup mahal. Namun mahalnya pengolahan limbah, tak sebanding dengan hancurnya ekosistem Citarum. Berdasarkan hasil penelitian ahli, air Sungai Citarum telah mengandung zat beracun dan berbahaya, seperti merkuri, kadnium, timbal. 
 
"Bahkan kandungan berbahaya itu telah mencemari air Situ Cisanti yang berada di hulu. Kadar merkuri sudah di ambang batas. Diduga kuat, merkuri berasal dari pupuk kimia NPK, pestisida, dan urea yang digunakan petani sayuran di hulu. Untuk memastikan dari mana merkuri itu berasal, kami berkoordinasi dengan pakar dari Unpad dan ITB," tutur Doni. 
 
Untuk itu, menurutnya, ke depan akan dibangun Ipal terpadu di beberapa titik di sepanjang DAS Citarum. Pembangunan Ipal terpadu itu melibatkan swasta dan saat ini tengah dilakukan feasibility studies. 
 
Selain itu, pemerintah daerah, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan Kota Cimahi didorong untuk membangunkan TPS sampai ke tingkat RW agar masyarakat membuang limbah rumah tangga ke sungai dengan tujuan untuk merehabilitasi ekosistem sungai lewat program Citarum Harum. "Kami berharap, pelaku industri memiliki kesadaran untuk memelihara lingkungan. Kalau industri ditutup akan terjadi PHK massal. Tentu akan timbul masalah sosial baru. Itu tidak kami inginkan," pungkasnya.(AD)
Share this article :

Posting Komentar

 
Copyright © 2016 - All Rights Reserved
Created by Portal-Komando