Wakasau Marsdya TNI Hadian Sumintaatmadja dan para pembicara berfoto besama dalam seminar nasional Kedirgantaraan 2017. (Foto : Dispenau).
Wakasau Marsdya TNI Hadiyan Sumintaatmadja menyerahkan miniatur pesawat kepada Marsekal TNI (Pur) Chappy Hakim seusai menjadi pembicara Seminar Nasional Kedirgantaraan 2017. (Foto : Dispenau).
PK,., Jakarta (26/4). Seiring meningkatnya tuntutan terhadap keselamatan dan keamanan penerbangan, maka saat ini organisasi penerbangan sipil internasional (International Civil Aviation Organisation) sedang menyiapkan konsep pembagian otoritas penerbangan sipil yang tidak lagi mengacu pada wilayah udara kedaulatan sebuah negara, tetapi berdasarkan kawasan, seperti kawasan Amerika, Eropa atau ASEAN dan Pasifik.
Mantan Kepala Staf TNI AU (Kasau) periode 2000 – 2003, Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim menilai, rencana ICAO ini perlu segera direspon oleh Pemerintah. Salah satu aksi penting yang perlu segera dilakukan adalah meningkatkan kemampuan pengelolaan wilayah udara dalam peran sebagai otoritas penerbangan sipil pada aspek keselamatan dan keamanan penerbangan. Bila tidak, menurutnya, bukan mustahil kelak pengelolaan wilayah udara Indonesia akan diserahkan kepada negara lain.
“Sebuah tantangan yang sangat berat yang harus dihadapi dalam waktu dekat karena di beberapa kawasan seperti Amerika dan Eropa, sudah diberlakukan” demikian peryataan Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim ketika bertindak sebagai salah satu pembicara Seminar Nasional Kedirgantaraan 2017, yang digelar TNI AU dalam rangkaian Bulan Dirgantara Indonesia, di Gedung Puri Adhyagarii, Halim Perdanakusuma Jakarta, Rabu 26/4).
Dalam seminar yang mengangkat tema “Meningkatkan Pembinaan Potensi Dirgantara Dalam Rangka Pertahanan Negara” juga tampil pembicara lain, seperti Prof. DR. Salim Said, DR. Andi Wijayanto, DR. Chonnie Rahakundini Bakrie, serta pembicara dari Kementrian Perhubungan dan Kementrian Pertahanan.
Sementara Kepala Staf TNI AU (Kasau) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto S.IP dalam keynote speech nya yang disampaikan Wakil Kasau (Wakasau) Marsekal Madya (Marsdya) TNI Hadiyan Sumintaatmadja, saat membuka seminar mengatakan, Kondisi lingkungan strategis dan potensi bangsa Indonesia saat ini merupakan tantangan sekaligus peluang dalam mengoptimalkan pembinaan potensi dirgantara untuk dijadikan kekuatan cadangan bagi TNI AU.Ditegaskan, pembinaan potensi dirgantara tidak instan, oleh karena itu diperlukan strategi untuk mengelola dan membina potensi yang ada, sehingga pada kondisi yang diperlukan potensi dirgantara sudah siap dimobilisasi sebagai komponen cadangan.
Seminar yang direncanakan akan berlangsung selama dua hari hingga Kamis (27/4) ini, diikuti 300 peserta, dari kalangan TNI, Polri, Sipil, Mahasiswa dan masyarakat penggiat pertahanan.
Mantan Kepala Staf TNI AU (Kasau) periode 2000 – 2003, Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim menilai, rencana ICAO ini perlu segera direspon oleh Pemerintah. Salah satu aksi penting yang perlu segera dilakukan adalah meningkatkan kemampuan pengelolaan wilayah udara dalam peran sebagai otoritas penerbangan sipil pada aspek keselamatan dan keamanan penerbangan. Bila tidak, menurutnya, bukan mustahil kelak pengelolaan wilayah udara Indonesia akan diserahkan kepada negara lain.
“Sebuah tantangan yang sangat berat yang harus dihadapi dalam waktu dekat karena di beberapa kawasan seperti Amerika dan Eropa, sudah diberlakukan” demikian peryataan Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim ketika bertindak sebagai salah satu pembicara Seminar Nasional Kedirgantaraan 2017, yang digelar TNI AU dalam rangkaian Bulan Dirgantara Indonesia, di Gedung Puri Adhyagarii, Halim Perdanakusuma Jakarta, Rabu 26/4).
Dalam seminar yang mengangkat tema “Meningkatkan Pembinaan Potensi Dirgantara Dalam Rangka Pertahanan Negara” juga tampil pembicara lain, seperti Prof. DR. Salim Said, DR. Andi Wijayanto, DR. Chonnie Rahakundini Bakrie, serta pembicara dari Kementrian Perhubungan dan Kementrian Pertahanan.
Sementara Kepala Staf TNI AU (Kasau) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto S.IP dalam keynote speech nya yang disampaikan Wakil Kasau (Wakasau) Marsekal Madya (Marsdya) TNI Hadiyan Sumintaatmadja, saat membuka seminar mengatakan, Kondisi lingkungan strategis dan potensi bangsa Indonesia saat ini merupakan tantangan sekaligus peluang dalam mengoptimalkan pembinaan potensi dirgantara untuk dijadikan kekuatan cadangan bagi TNI AU.Ditegaskan, pembinaan potensi dirgantara tidak instan, oleh karena itu diperlukan strategi untuk mengelola dan membina potensi yang ada, sehingga pada kondisi yang diperlukan potensi dirgantara sudah siap dimobilisasi sebagai komponen cadangan.
Seminar yang direncanakan akan berlangsung selama dua hari hingga Kamis (27/4) ini, diikuti 300 peserta, dari kalangan TNI, Polri, Sipil, Mahasiswa dan masyarakat penggiat pertahanan.
Posting Komentar