Menurut Kepala Kamar Udara Bertekanan Tinggi
(KUBT )Lakesla, Dr. Ni Komang Sri Dewi, Sp.S.,M.Kes yang tampil sebagai
narasumber mengatakan, terapi oksigen hiperbarik sebelumnya hanya
dikenal dikalangan penyelam, sebab memang terapi yang pertama kali
diperkenalkan oleh Behnke pada tahun 1930 tersebut, hanya diberikan
kepada para penyelam untuk menghilangkan gejala penyakit dekompresi
(Caisson’s Disease), serta membebaskan mereka dari kondisi berbahaya
yang dikenal dengan penyakit pengurangan tekanan udara.
Penyakit
yang juga dikenal dengan istilah “The Bends” ini lanjut Komang –sapaan
akrab KUBT Lakesla ini- disebabkan gelembung gas nitrogen yang
terbentuk di paru-paru dan jaringan aliran darah dianggap berbahaya
karena bisa menimbulkan kematian, oleh karena rusaknya pembuluh darah
akibat aliran darah yang terhalang.
“Seiring waktu terapi oksigen
hiperbarik terus dikembangkan, hingga saat ini terapi tersebut dapat
dijadikan salah satu metode pengobatan untuk mengobati penyakit klinis,
selain itu juga dapat meningkatkan kebugaran,” terang Komang.
Komang – begitu dokter spesialis saraf ini disapa, juga menerangkan
bahwa terapi oksigen hiperbarik atau dikenal dengan terapi OHB ini,
adalah suatu metode pengobatan dimana pasien diberikan pernafasan
menggunakan masker untuk menghirup oksigen murni (100%) pada ruangan
yang bertekanan lebih dari 1 ATA (Atmosphere Absolut).
Sementara
itu selain penyakit Dekompresi bagi penyelam, beragam penyakit klinis
juga dapat disembuhkan lewat terapi OHB ini, antara lain Diabetes
Melitus atau Kencing Manis, Penyembuhan pasca stroke, luka bakar,
pencangkokan kulit / penyambungan organ, Tuli mendadak, Autisme, Jantung
Koroner. Selain mengobati penyakit klinis, terapi OHB juga dikembangkan
untuk kebugaran dan kecantikan.
“ Dalam program kebugaran, terapi
OHB ditujukan untuk meningkatkan sumber energy, meningkatkan libido /
gairah seksual melalui perbaikan vaskularisasi, juga mempercepat
penurunan asam laktat dalam mengatasi kelelahan. Sementara dalam program
kecantikan ditujukan untuk mencerahkan kulit, merangsang pembentukan
kolagen dan serat elastic yang membuat kulit kenyal dan tidak mudah
keriput, dan beragam manfaat lainnya bagi kecantikan,” papar dokter asal
Pulau Dewata ini.
Namun demikian terapi Oksigen Hiperbarik juga
memiliki efek samping, umumnya pasien setelah menjalani terapi akan
mengalami keadaan seperti mual, keringat, batu-batuk, sakit dada, serta
kedutan dibeberapa bagian tubuh.
Dalam proses terapi terangnya,
pasien mengawalinya dengan mendaftarkan diri, kemudian konsultasi dengan
dokter di Lakesla, lanjut pemeriksaan fisik, setelah itu baru masuk
kedalam chamber untuk menjalani proses terapi oksigen hiperbarik,
setelah keluar dari chamber pasien akan di evaluasi.
Ceramah
kesehatan yang dimoderatori Mayor Laut (K/W) Nila Ratih Kusumayanti,
M.Kes ini dihadiri Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Lantamal V Drg.
Budi Santoso, Sp. BM dan para para Kepala Satuan Kerja (Kasatker)
dijajajran Lantamal V lainnya.
Posting Komentar