PORTAL-KOMANDO.COM,.Jakarta.-Panglima Kodam Jaya, Mayjen TNI Agus Sutomo SE, memimpin Upacara Penutupan Pendidikan Pertama Bintara TNI AD. Kegiatan di Lapangan Rindam Jaya, Jakarta Timur. Minggu (15/03).
Dalam upacara tersebut 183
lulusan bintara diambil Sumpah Prajurit. Hadir dalam kegiatan tersebut
Danrindam Jaya Kolonel Inf Dwi Wahyu Winarto SIP serta para pejabat
perwira menengah di lingkungan Kodam Jaya. ”Bersediakan saudara-saudara
diambil sumpah prajurit sesuai agama masing-masing” ungkap
Pangdam
Jaya, yang dijawab kesediaan secara serempak oleh para prajurit bintara
baru tersebut.
Pangdam
Jaya mengucapkan selamat kepada para prajurit yang seluruhnya lulus
dengan baik. Seluruhnya kini menyandang pangkat sersan dua (serda).
Sebelumnya mereka ditempa menjadi prajurit, menjalani beragam teori dan
praktik ilmu kemiliteran.
Di antara teori dan praktik taktik perang gerilya di kota dan di hutan, perang siang maupun malam, pengetahuan hukum HAM, peraturan urusan kedinasan, baris berbaris, dan sebagainya. Mereka juga ditempa latihan fisik, termasuk long march dan arang rintang. ”Ini adalah awal untuk meniti karir lebih tinggi untuk selanjutnya menempuh pendidikan tahap kedua sesuai Kecabangan,” Terang Pangdam Jaya.
Dikatakan, menjadi prajurit TNI memiliki konsekwensi yang tidak mudah. Segala tindakannya terikat dengan peratuan militer. Bintara merupakan Komandan yang akan memiliki anggota 1 regu. Dengan begitu harus menjalankan tugas dengan sebaiknya.
”Sedangkan di masyarakat, status kalian setara dengan yang lain yakni sebagai warga negara yang harus taati peraturan. Bahkan di masyarakat, kalian harus menjadi suri tauladan,” paparnya. Pangdam Jaya mengimbau agar mereka menjadi prajurit rakyat. Yang selalu mencintai serta dicintai oleh rakyat.
Prajurit harus menghindari sikap sombong maupun tinggi hati. Sebaliknya, prajurit harus santun dan rendah hati dan itulah sikap yang menunjang kesuksesan karir. ”Junjung tinggi Sapta Marga Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI,” paparnya.
Pangdam Jaya juga berpesan kepada orang tua dan keluarga tidak boleh ikut campur lagi dalam urusan kedinasan putranya yang menjadi prajurit TNI. Sebab, putranya kini tidak seutuhnya lagi milik keluarga. ”Tetapi, sudah menjadi milik Negara dan rakyat.Jangankan waktu, menjadi tentara nyawa pun harus diberikan apabila dibutuhkan oleh negara,” tegas Pangdam Jaya.
Di antara teori dan praktik taktik perang gerilya di kota dan di hutan, perang siang maupun malam, pengetahuan hukum HAM, peraturan urusan kedinasan, baris berbaris, dan sebagainya. Mereka juga ditempa latihan fisik, termasuk long march dan arang rintang. ”Ini adalah awal untuk meniti karir lebih tinggi untuk selanjutnya menempuh pendidikan tahap kedua sesuai Kecabangan,” Terang Pangdam Jaya.
Dikatakan, menjadi prajurit TNI memiliki konsekwensi yang tidak mudah. Segala tindakannya terikat dengan peratuan militer. Bintara merupakan Komandan yang akan memiliki anggota 1 regu. Dengan begitu harus menjalankan tugas dengan sebaiknya.
”Sedangkan di masyarakat, status kalian setara dengan yang lain yakni sebagai warga negara yang harus taati peraturan. Bahkan di masyarakat, kalian harus menjadi suri tauladan,” paparnya. Pangdam Jaya mengimbau agar mereka menjadi prajurit rakyat. Yang selalu mencintai serta dicintai oleh rakyat.
Prajurit harus menghindari sikap sombong maupun tinggi hati. Sebaliknya, prajurit harus santun dan rendah hati dan itulah sikap yang menunjang kesuksesan karir. ”Junjung tinggi Sapta Marga Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI,” paparnya.
Pangdam Jaya juga berpesan kepada orang tua dan keluarga tidak boleh ikut campur lagi dalam urusan kedinasan putranya yang menjadi prajurit TNI. Sebab, putranya kini tidak seutuhnya lagi milik keluarga. ”Tetapi, sudah menjadi milik Negara dan rakyat.Jangankan waktu, menjadi tentara nyawa pun harus diberikan apabila dibutuhkan oleh negara,” tegas Pangdam Jaya.
Posting Komentar