PK,.JAKARTA,.(Penkostrad. Selasa, 24 April 2018). Anggun, ayu, cantik dan ramah, siapa sangka muslimah muda ini ternyata seorang personel Korps Wanita TNI Angkatan Darat (Kowad). Gadis kelahiran Pardamean Baru, Medan, yang baru saja menginjak usia 22 tahun ini pun ternyata Kowad penerjun angkatan pertama di Komando Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad).
Sebagai personel Kostrad, tentu Serda (K) Afriya Lubis pun wajib untuk mengikuti pendidikan Para Dasar yang digelar di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus), Batujajar, Bandung selama satu bulan. Sebelum menjajal langsung penerjunan untuk pertama kalinya, tentu ia harus melewati tahap-tahap program latihan yang telah dirancang.
Sebelum memulai debut terjun Para Dasar perdananya, ia dan peserta pendidikan lainnya dibekali dengan wawasan teoritis dan drill (latihan) kering. Hingga akhirnya, pengalaman berharga itu pun terjadi dari ketinggian 400 ft.
“Kesan pertama pas terjun yang pasti ada rasa tegang dan takut, tapi mumpung ada kesempatan yang dijalanin saja,” ungkap Staf Pribadi (Spri) Pangkostrad ini.
Selama pendidikan Para Dasar, Afriya telah mengantongi tujuh kali penerjunan statik. Tanpa disadari, ternyata ia malah jatuh hati terhadap dunia terjun. Di saat sebagian orang kapok atau bahkan sama sekali tidak berminat dengan terjun, Afriya Lubis justru malah makin bersemangat untuk mengasah terus kemampuan terjunnya.
Memasuki awal tahun 2017, tepatnya dibulan Februari, Afriya melanjutkan kebolehannya ke freefall (militer). Selama satu setengah bulan ia menjalani pendidikan dan berhasil membukukan 33 kali terjun (freefall). Biasanya, Afriya berlatih terjun di Stadion Pakansari, Cibonong, Bogor. Selebihnya, ia latihan di Pusdikpassus.
“Setelah itu baru saya ikut-ikut latihan seperti untuk pemeliharaan kemampuan (Harpuan) atau terjun penyegaran (Jungar). Pertama kali freefall itu di ketinggian sekitar 8.000-9.000 ft, loncatnya dari Mil Mi-17. Terjun malam saya juga pernah, baru dua kali, saat pendidikan Para Dasar sekali dan saat pendidikan Freefall sekali juga,” imbuhnya.
Walaupun hingga saat ini baru mengantongi sekitar 50an kali terjun, namun sosoknya kini mulai dikenal sebagai Kowad penerjun dari Kostrad. Menurutnya, selama ini Kowad penerjun memang berasal dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan telah cukup lama Kostrad belum memiliki Kowad penerjun.
Ia dan seorang Kowad letingannya yang kini berdinas di Divisi Infanteri 2 Kostrad mencetak sejarah, karena mereka menjadi angkatan pertama Kowad Peterjun di Kostrad.
“Total ada empat peterjun Kowad Kostrad, saya dari Makostrad, di Divif 2 Kostrad ada teman angkatan saya satu orang dan junior juga satu orang, di Divif 1 Kostrad ada junior satu orang,” jabarnya. Ia pun berharap generasi Kowad peterjun di Kostrad jangan sampai putus dan semoga akan terus ada regenerasinya. “Tentunya harus ada penerusnya Kowad Peterjun di Kostrad, jangan putus di kita. Jadi adik-adik selanjutnya harus ada yang terjun kayak kita,” ungkapnya.
Sebagai personel Kostrad, tentu Serda (K) Afriya Lubis pun wajib untuk mengikuti pendidikan Para Dasar yang digelar di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus), Batujajar, Bandung selama satu bulan. Sebelum menjajal langsung penerjunan untuk pertama kalinya, tentu ia harus melewati tahap-tahap program latihan yang telah dirancang.
Sebelum memulai debut terjun Para Dasar perdananya, ia dan peserta pendidikan lainnya dibekali dengan wawasan teoritis dan drill (latihan) kering. Hingga akhirnya, pengalaman berharga itu pun terjadi dari ketinggian 400 ft.
“Kesan pertama pas terjun yang pasti ada rasa tegang dan takut, tapi mumpung ada kesempatan yang dijalanin saja,” ungkap Staf Pribadi (Spri) Pangkostrad ini.
Selama pendidikan Para Dasar, Afriya telah mengantongi tujuh kali penerjunan statik. Tanpa disadari, ternyata ia malah jatuh hati terhadap dunia terjun. Di saat sebagian orang kapok atau bahkan sama sekali tidak berminat dengan terjun, Afriya Lubis justru malah makin bersemangat untuk mengasah terus kemampuan terjunnya.
Memasuki awal tahun 2017, tepatnya dibulan Februari, Afriya melanjutkan kebolehannya ke freefall (militer). Selama satu setengah bulan ia menjalani pendidikan dan berhasil membukukan 33 kali terjun (freefall). Biasanya, Afriya berlatih terjun di Stadion Pakansari, Cibonong, Bogor. Selebihnya, ia latihan di Pusdikpassus.
“Setelah itu baru saya ikut-ikut latihan seperti untuk pemeliharaan kemampuan (Harpuan) atau terjun penyegaran (Jungar). Pertama kali freefall itu di ketinggian sekitar 8.000-9.000 ft, loncatnya dari Mil Mi-17. Terjun malam saya juga pernah, baru dua kali, saat pendidikan Para Dasar sekali dan saat pendidikan Freefall sekali juga,” imbuhnya.
Walaupun hingga saat ini baru mengantongi sekitar 50an kali terjun, namun sosoknya kini mulai dikenal sebagai Kowad penerjun dari Kostrad. Menurutnya, selama ini Kowad penerjun memang berasal dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan telah cukup lama Kostrad belum memiliki Kowad penerjun.
Ia dan seorang Kowad letingannya yang kini berdinas di Divisi Infanteri 2 Kostrad mencetak sejarah, karena mereka menjadi angkatan pertama Kowad Peterjun di Kostrad.
“Total ada empat peterjun Kowad Kostrad, saya dari Makostrad, di Divif 2 Kostrad ada teman angkatan saya satu orang dan junior juga satu orang, di Divif 1 Kostrad ada junior satu orang,” jabarnya. Ia pun berharap generasi Kowad peterjun di Kostrad jangan sampai putus dan semoga akan terus ada regenerasinya. “Tentunya harus ada penerusnya Kowad Peterjun di Kostrad, jangan putus di kita. Jadi adik-adik selanjutnya harus ada yang terjun kayak kita,” ungkapnya.
Posting Komentar